Jumat, 07 April 2023

Pertemuan 3 - Menyogsong Era Revolusi Industri 4.0 (Transformasi Digital)

 Menyogsong Era Revolusi Industri 4.0 (Transformasi Digital)


Revolusi Industri

Industrialisasi dipandang sebagai langkah tepat dalam menjawab potret sejarah kemiskinan dunia. Industrialisasi mempermudah pekerjaan dilakukan dan pada gilirannya mengurangi kelaparan melalui ketersediaan makanan, memberikan ketersediaan akan kebutuhan pakaian, dan kebutuhan akan tempat tinggal bagi sebagian kalangan tertentu. Lebih jauh, memberikan masyarakatnya harapan hidup yang lebih panjang. Walaupun pada awalnya mengurbankan sebagian masyarakat lainnya sehingga muncul kesenjangan sosial serta menghasilkan kerusakan lingkungan, namun pada akhirnya industrialisasi mendatangkan kekayaan serta kenyamaan hidup karena dikelilingi oleh peralatan-peralatan yang user-friendly technologies.

Revolusi Industri I

Revolusi Industri I dimulai dari ditemukannya Mesin Uap oleh James Watt pada tahun 1764. Temuan ini berdampak pada pekerjaan-pekerjaan dalam pembuatan produk yang biasanya dilakukan oleh tenaga hewan dan kekuatan manusia, yang diperlengkapi dengan peralatan sederhana, kemudian beralih menggunakan mesin bertenaga uap. Hasilnya, barang-barang dapat diproduksi dalam waktu yang relatif singkat sehingga jumlahnya melimpah dengan harga murah. Revolusi Industri I membawa peralihan dari perekonomian berbasis pertanian menjadi perekonomian berbasis industri. Hal ini menandai dimulainya Era Mekanisasi.

Revolusi Industri II

Revolusi Industri 2.0 diawali dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Faraday & Maxwell sehubungan penggabungan kekuatan antara sistem magnetik dengan sistem elektrik yang menggerakan mesin proses produksi serta ditemukannya ban berjalan yang digunakan dalam proses perakitan di berbagai industri, sehingga dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar (mass production). Lahirlah Era Elektrik.

Revolusi Industri III

Revolusi Industri 3.0 dimulai dari temuan internet dan komputer yang mempengaruhi pola komunikasi dan peredaran informasi di masyarakat. Juga temuan robot yang menggantikan tenaga kerja manusia dalam proses perakitan namun masih dikontrol oleh human operators. Dengan demikian, bergeser ke Era Otomatisasi.

Revolusi Industri IV

Revolusi Industri 4.0 terjadi ketika robot yang terkoneksi dengan sistem komputer, diperlengkapi dengan machine learning algorithms yang dapat belajar dan mengontrol robot itu sendiri tanpa input dari human operators yang dikenal dengan istilah Artificial Intellegence (AI). Lebih jauh, AI dihubungkan dengan internet based society. Pada dasarnya, revolusi industri 4.0 merupakan penyatuan dunia online dengan industri produksi, sehingga merupakan revolusi industri digital.


Big Data dan Artificial Intelegent


  • Komputer telah lama berada di masyarakat, namun tidak menangkap perilaku penggunanya. Berbeda saat smartphone digunakan, perilaku konsumen dapat dikumpulkan dalam big data sebagai hasil perekaman aktifitas pergerakan melalui penggunaan GPS, hasil penggunaan akses terhadap internet, hasil komunikasi menggunakan media sosial, hasil interaksi antara konsumen dan produsen dalam menggunakan produk, dan hasil perilaku atau kebiasaan lainnya
  • Big data merekam semua data serta kegiatan yang pernah dilakukan untuk kemudian memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dengan demikian, Big Data memiliki jelajah yang jauh melampaui jaringan media sosial karena mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan moderen. 


Marr (2017:8) mengungkapkan bahwa ada tiga area utama dalam bisnis yang sangat membutuhkan akses terhadap big data,

  • Meningkatkan pengambilan keputusan (Improving Decision Making)
Data besar memungkinkan perusahaan mengumpulkan kecerdasan pasar dan pelanggan yang lebih baik. Dengan semakin meningkatnya jumlah data yang tersedia, perusahaan menjadi jauh lebih baik wawasan tentang apa yang diinginkan pelanggan, apa yang mereka gunakan (dan bagaimana), bagaimana mereka membeli barang, dan pendapat mereka tentang barang dan jasa tersebut. Dan informasi ini bisa digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik di semua area bisnis, mulai dari produk dan desain layanan untuk penjualan dan pemasaran dan aftercare.

  • Meningkatkan Operasi (Improving Operations)
Data besar membantu perusahaan mendapatkan efisiensi dan meningkatkan operasi mereka. Dari melacak kinerja mesin untuk mengoptimalkan rute pengiriman bahkan untuk merekrut talenta terbaik, data besar dapat meningkatkan efisiensi internal dan operasi hampir sepanjang waktu semua jenis bisnis dan di berbagai departemen. Perusahaan bahkan memiliki mulai menggunakan sensor untuk melacak pergerakan karyawan, stres, kesehatan, dan bahkan siapa mereka berkomunikasi dengan dan nada suara yang mereka gunakan, dan menggunakan data tersebut untuk meningkatkan karyawan kepuasan dan produktivitas.

  • Monetisasi data (The Monetizing of data)
Data juga memberikan peluang bagi perusahaan untuk membangun data besar ke dalam penawaran produk mereka sehingga memonetisasi data itu sendiri.


Artifical Intellegence

Dengan adanya big data, maka artificial intellegence kemudian dapat lenih dikembangkan lagi. Mirabito dan Morgensten (2004) mendefinisikan :

Kecerdasan buatan adalah suatu sistem berbasis komputer yang menduplikasi kemampuan paling penting manusia, yaitu berfikir dan mencari sebab. Proses berfikir tersebut mengacu pada teknologi jaringan saraf (neutral network technology) yang berusaha meyimulasi secara elektronik bagaimana otak memproses informasi melalui jaringan saraf-saraf yang saling terhubung untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Internet - Based Society 

Lau & Li (2003) mendefinisikan bahwa :

  • Era Digital mengacu pada waktu di mana ada akses yang luas, siap dan mudah, berbagi, dan menggunakan informasi (pengetahuan) dalam bentuk yang dapat di akses secara elektronik, yaitu digital dalam bentuk kegiatan ekonomi.
  • Era Digital dicirikan oleh revolusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan difusi internasionalnya yang cepat, yang telah menciptakan pengurangan biaya transaksi dan biaya pembentukan pasar, tetapi meningkatkan ketepatan waktu informasi dalam presisi, revolusi, dan kualitas.


Marr (2017) mendefinisikan bahwa :

  • Internet of Things (IoT) mengacu pada perangkat yang mengumpulkan dan mengirimkan data melalui Internet dan mengirimkan data melalui Internet dan mencakup semuanya mulai dari ponsel, jam tangan pintar, pita Fitbit, bahkan TV dan kulkas anda.

Digital Economy

Seperti yang dikutip oleh Kustiwan (2017), bahwa Farid Subkhan, profesional di bidang marketing dan smart city menyatakan bahwa ada tiga tahap digitalisasi :

  1. Tahap Digitalisasi 1.0, teknologi sebatas menghitung atau mendokumentasi sehingga memudahkan pengambilan keputusan.
  2. Tahap Digitalisasi 2.0, teknologi sudah terhubung satu sama lain sehingga menjadi media sosial untuk bersosialisasi.
  3. Tahap Digitalisasi 3.0, teknologi memberikan akses bagi publik untuk berpartisipasi aktif memberi tanggapan dan respon.
Lahirnya era digital, membangkitkan konektivitas global dimana orang dalam jumlah yang tak terhitung saling terhubung dalam jaringan dan memberikan respon yang luar biasa. Hal ini merupakan sebuah keberhasilan dalam memahami bagaimana teknologi menggerakan perubahan. Perubahan teknologi ini akan memunculkan paradigma baru yang sangat drastis perbedaannya dimasa mendatang sehingga memunculkan pertanyaan 'bagaimana manusia di seluruh dunia memanfaatkan teknologi baginya, kini dan di masa mendatang.

Disruptif Era

  • Umumnya, era disruptif adalah masa di mana banyak bermunculan inovasi yang tidak terlihat, tidak disadari oleh organisasi, instansi, perusahaan, atau lembaga yang telah mapan sehingga mengganggu jalannya tatanan sistem lama yang ada didalamnya dan berpotensi menghancurkan sistem lama tersebut.
  • Perubahan tatanan sistem lama yang masih manual digantikan sistem aru yang serba digital menjadikan adanya pergeseran tatanan kehidupan pada berbagai bidang, termasuk bidang jasa. Bidang jasa pelayanan seperti transportasi, jasa makanan, jasa industri, jasa kebersihan, jasa perbankan, jasa pendidikan, dan lain-lain ikut berubah seiring perubahan konsumen menuju arah era disruptif yang lebih canggih dan maju.
  • Perguruan tinggi sebagai penyelenggara bidang jasa pendidikan juga mau tidak mau harus ikut berubah pada era disruptif yang serba digital. Perguruan tinggi harus mampu menyelenggarakan pendidikan dengan menyesuaikan fasilitas sesuai kebutuhan para mahasiswa maupun lingkungan yang lebih luas.

Tingkatan Generasi



FIRM LIFE CYRLE

Clayton M. Christensen, merupakan perusahaan-perusahaan yang sudah berada pada tahap kedewasaan (mature phase) dalam daur hidupnya (firm life cycle).  Sehubung dengan daur hidup permasalahan, ada 2 kondisi yang perlu mendapat perhatian:
  1. Memahami tahapan manakah perusahaan berada.
  2.  Keputusan manakah yang menjadi prioritas terkait pada tahapan mana perusahaan berada.

GENERASI MILENIAL

“Generasi Milenial adalah generasi yang terlahir dalam kisaran 1980-2000, sebagian generasi Y (lahir tahun 1980) dan sebagian generasi Z (lahir tahun 2000). Generasi ini dikenal sebagai generasi yang ‘bergaul erat’ dengan teknologi komunikasi dan informasi, yaitu: melalui internet berselancar di dunia maya dalam memperoleh informasi dan berkomunikasi melalui sosial media.

Sehubungan dengan generasi Y dan Z, hasil penelitian Alvara Research Center yang dikutip oleh Muhammad (2017) mengungkapkan tiga karakter unggul generasi milenial, yaitu:
  1. Creative: berpikir out of the box, kaya ide dan gagasan.
  2. Confidence: percaya diri sehingga berani mengungkapkan pendapat.
  3. Connected: pandai bersosialisasi dalam komunitasnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pertemuan 14 - Technopreneurship

  Konsep Kewirausahaan  Wirausaha usaha merupakan pengambilan resiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang un...